Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2021

Kisah Keruntuhannya Pabrik Raja Kretek Kudus, Akibat Dampak Perang Dunia ke 2

Jakarta - Selama periode awal hingga pertengahan abad ke-20 tepatnya pada tahun 1918 hingga 1934, industri rokok kretek Tjap Bal Tiga milik Raja Kretek Kudus, Nitisemito, mencapai puncak kejayaan. Saat itu pabrik rokok miliknya menjadi yang terbesar se-Indonesia. Produk-produk rokok miliknya tersebar luas ke seluruh penjuru Nusantara bahkan hingga ke negeri Belanda. Bahkan karena besarnya usaha miliknya Nitisemito, dia sanggup mempekerjakan belasan ribu karyawan di pabriknya hingga menyewa sebuah pesawat Fokker F-200 untuk mempromosikan rokok kretek-nya. Namun mulai tahun 1939, pabrik rokok Tjap Bal Tiga mulai mengalami kemunduran secara perlahan hingga usaha itu bangkrut. Lantas faktor apa saja yang menyebabkan bisnis besar milik Sang Raja Kretek itu akhirnya harus berhenti? Berikut selengkapnya: Kebingungan Memilih Penerus Dalam bukunya yang berjudul "Raja Kretek; M. Nitisemito", Erlangga Ibrahim dan Syahrizal Budi Putranto menyebut bahwa Nitisemito yang ing

Mengenal Gulat Okol, Sebuah Tradisi Unik Khas Surabaya Yang Mirip Sumo

Jakarta - Gulat memang menjadi salah satu olahraga yang identik dengan Jepang. Tapi enggak hanya di Negeri Sakura, kamu juga bisa menemukan olahraga unik ini di Surabaya, Jawa Timur, lho. Ialah Gulat Okol, olahraga tradisional khas Surabaya ini memang sekilas mirip sumo di Jepang. Bukan sekadar olahraga, ternyata ada nilai-nilai tradisi yang terkandung di dalamnya. Mengutip laman disparbud.gresikkab.go.id, Gulat Okol merupakan salah satu rangkaian dari pelaksanaan sedekah bumi yang digelar masyarakat Kelurahan Made, Kecamatan Sambikerep, Kota Surabaya. Gulat Okol menjadi agenda rutin tahunan dan menjadi bagian dari wisata budaya. Ritual gulat ini awalnya dilaksanakan di area persawahan. Namun, kini Gulat Okol digelar di panggung dengan matras dari karung goni yang pada bagian bawahnya diletakkan jerami demi keamanan. Field gulat sendiri memiliki ukuran 6 meter x 8 meter, dibuat seperti ring tinju dengan dua sudut, di sekeliling panggung diberi tali tambang besar. Olah

Ziarah Dan Melihat Keunikan Warna-warni Makam Dari Desa Balongdowo Sidoarjo

Jakarta - Makam, tempat peristirahatan terakhir manusia lekat dengan kesan menyeramkan dan angker. Beberapa orang merasa takut melewati makam saat hari mulai gelap atau bahkan tengah hari. Melihat nisan-nisan yang tersusun dan harum bunga kamboja yang khas. Tetapi beda dengan makam di Desa Balongdowo, Sidoarjo, Jawa Timur ini. Jauh dari kesan seram, makam di desa ini justru terlihat berwarna-warni. Batu nisa dicat dengan warna-warna cerah seperti merah, kuning, hijau, biru, merah jambu dan warna-warna lainnya. Tak hanya makamnya saja yang dipoles, namun juga pohon-pohon kamboja yang berada di location pemakaman ini. Dari kejauhan nampak batang-batang pohon kamboja tak lagi berwarna coklat, namun dipoles dengan warna-warna cerah yang ceria. Ziarah ke makam warna-warni ini word play here tak membuat bulu kuduk merinding karena takut. Pemandangan unik lainnya juga berada di tanah makam. Seluruh areal tanah makam ini di lapisi cangkang kerang sehingga tanah terlihat putih

Mengenal Alat Musik Tradisional Kolintang, Yang Berasal dari Minahasa Sumatera Utara

Jakarta - Kolintang adalah alat musik tradisional yang berasal dari Minahasa, Sumatera Utara. Alat musik ini terbuat dari kayu dan dimainkan dengan cara dipukul. Dilansir dari Alat Musik Tradisional Nusantara karya Akhmalul Khuluq, jenis kayu yang biasa digunakan untuk kolintang adalah kayu telur, bandaran, wenang, kakanik, atau kayu ringan dan padat lainnya. Serat kayu yang digunakan harus tersusun sedemikian rupa membentuk garis sejajar. Menurut Khuluq, permainan kolintang memiliki hubungan yang erat dengan kepercayaan tradisional masyarakat Minahasa. Alat musik ini biasa dimainkan saat upacara-upacaa adat serta ritual yang berhubungan degan pemujaan arwah leluhur. Dilansir dari Alat Musik Kolintang Produksi Irama Nusantara di Desa Pesapen Kecamatan Wiyung Surabaya karya Masruroh, tangga nada pada kolintang adalah pentatonis. Namun seiring perkembangan dan kreasi dari perajin, alat musik ini juga menggunakan tangga nada diatonis. Kreasi tersebut dilakukan untuk membuat ko