Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2021

Melihat Situs Sejarah Benteng Putri Hijau, Sisa Peninggalan Kerajaan Aru di Sumut

Jakarta - Sumatra Utara (Sumut) dikenal memiliki pesona keindahan alam yang luar biasa. Namun, daerah ini juga menyimpan sejarah kebudayaan yang sangat kaya. Terdapat beragam situs peninggalan sejarah di masa lalu yang ada di daerah ini. Tak sedikit dari situs-situs tersebut yang juga dijadikan sebagai daya tarik pariwisata. Salah satunya yang saat ini sedang dalam penataan ulang dan pelestarian oleh Pemerintah setempat ialah situs Benteng Putri Hijau, yag ada di Kabupaten Deli Serdang. Situs ini merupakan salah satu lokasi sejarah yang menjadi cagar budaya di Sumut. Benteng ini diketahui merupakan peninggalan sejarah dari Kerajaan Aru yang berkuasa pada abad ke-13. Namun, saat ini situs tersebut tinggal tersisa sebagian kecil, lantaran sudah banyak yang berubah menjadi pemukiman warga dan pertokoan. Berikut fakta menarik dari situs Benteng Putri Hijau selengkapnya.   Pusat Kerajaan Aru Melansir dari laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, menurut beberapa informa

Mitos yang Menghatui Kampung Kaputihan di Cirebon, Warga Dilarang Bangun Rumah Menggunakan Semen

Cirebon -  Ada pemandangan unik jika kita berkunjung ke Kampung Kaputihan di Desa Kertasari, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Seluruh rumah warga di kampung ini masih menggunakan bahan bangunan tradisional hingga sekarang. Saat ini ada 16 rumah warga setempat yang masih terbuat dari bilik bambu dan atap daun. Menurut tokoh setempat bernama Endang Yusuf, keputusan warga Kaputihan membangun rumah dari bilik bambu dan daun bukan disebabkan faktor ekonomi. "Iya jadi ini ceritanya bermula dari zaman dulu banyak warga di sini memang tidak ada yang membangun rumah menggunakan tembok atau sperm karena mempertahankan tradisi masa lalu," terang Endang. Melansir video clip yang diunggah di channel Youtube Kanal Koela, berikut alasan dan sejarah warga Kampung Kaputihan tak membangun rumah dengan tembok permanen. Melaksanakan Petuah Leluhur Endang mengatakan jika keputusan warga membangun rumah dengan bilik bambu, kayu, dan atap daun tersebut merupakan upaya menjalankan petu

Mengenal Tris Yuwono (Lie Sah Ju), Pahlawan Yang Bertugas Pada Operasi Dwikora Sepanjang Mudanya

Jakarta - Berperawakan tinggi tegap, Trisno Yuwono (77) merupakan veteran yang pernah berjuang untuk mempertahankan kedaulatan Indonesia. Pria keturunan Tionghoa yang bernama asli Lie Sah Ju itu rela menghabiskan masa mudanya untuk bertugas pada operasi Drunk driving Komando Rakyat (Dwikora), di sepanjang perbatasan Indonesia-Malaysia. Tepatnya di Riau sekitar tahun 1965. Dia bertugas sebagai mata-mata atau telik sandi di perbatasan kepulauan Riau. Tanggung jawab yang diemban Trisno adalah melaporkan atasannya ketika melihat tentara sekutu melintas dengan kapal di perairan Indonesia. Kemudian ia memberi kode kepada sekutu itu untuk tidak mendekat. Sebagai bekal persenjataannya, ia menenteng senapan mesin ringan dengan peluru 0,9 milimeter yang dilengkapi dengan rentengan peluru tajam pada pinggangnya. Selain itu ia dibekali oleh satuannya berupa gun. "Pas konfrontasi Dwikora, saya diberi tugas memata-matai pergerakan orang-orang yang dicurigai sebagai musuh,"

Pusaka Kyai Pleret, Ialah Keris Peninggalan Kerajaan Mataram Islam

Jakarta - Kyai Pleret merupakan salah satu pusaka milik Keraton Yogyakarta. Melansir dari Kemdikbud.go.id, pusaka ini dipercaya memiliki kekuatan magis. Bahkan, pusaka keris ini sudah ada sejak Kerajaan Mataram Islam belum berdiri. Konon keris ini tercipta pada zaman Syekh Maulana Maghribi. Waktu itu dia tengah beristirahat di danau setelah berkelana di hutan. Tak jauh dari tempatnya beristirahat, ada seorang gadis bernama Rasawulan sedang mandi. Merasa dirinya diintip, Rasawulan mendatangi Maulana Maghribi dan memarahinya. Anehnya, sejak kejadian itu dia tiba-tiba hamil. Merasa tidak berbuat macam-macam, Maulana Maghribi bersumpah dengan memotong alat kelaminnya bahwa dia tidak menghamili Rasawulan. Setelah diputus, kelamin itu berubah menjadi pusaka yang kemudian dinamai Kanjeng Kyai Pleret. Seiring waktu, pusaka ini diwariskan ke Kerajaan Mataram Islam dari generasi ke generasi. Lalu bagaimana perjalanan pusaka itu dari waktu ke waktu? Berikut selengkapnya: Pewarisan Pusaka Kyai Ple