Melihat Situs Sejarah Benteng Putri Hijau, Sisa Peninggalan Kerajaan Aru di Sumut

Jakarta - Sumatra Utara (Sumut) dikenal memiliki pesona keindahan alam yang luar biasa. Namun, daerah ini juga menyimpan sejarah kebudayaan yang sangat kaya. Terdapat beragam situs peninggalan sejarah di masa lalu yang ada di daerah ini. Tak sedikit dari situs-situs tersebut yang juga dijadikan sebagai daya tarik pariwisata.

Salah satunya yang saat ini sedang dalam penataan ulang dan pelestarian oleh Pemerintah setempat ialah situs Benteng Putri Hijau, yag ada di Kabupaten Deli Serdang. Situs ini merupakan salah satu lokasi sejarah yang menjadi cagar budaya di Sumut.

Benteng ini diketahui merupakan peninggalan sejarah dari Kerajaan Aru yang berkuasa pada abad ke-13. Namun, saat ini situs tersebut tinggal tersisa sebagian kecil, lantaran sudah banyak yang berubah menjadi pemukiman warga dan pertokoan. Berikut fakta menarik dari situs Benteng Putri Hijau selengkapnya. 

Pusat Kerajaan Aru

Melansir dari laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, menurut beberapa information sejarah, disebutkan situs ini merupakan pusat kota dari Kerajaan Aru yang pernah ditaklukkan oleh kerajaan Aceh pada abad ke-16 M.

Kerajaan Aru ini disebut merupakan cikal bakal dari Kerajaan Delicatessen yang sisanya masih dapat dijumpai di Kota Medan sampai saat ini.

Selain itu, situs ini dulunya diketahui merupakan sebuah lokasi hunian. Namun, tidak diketahui secara pasti apakah hunian tersebut merupakan sebuah Kuta atau Urung dalam kebudayaan Karo. 

Sisa-sisa Benteng Putri Hijau

Saat ini, bangunan benteng sudah tidak utuh lagi. Hanya sedikit sisa bangunan yang bisa dijumpai di situs ini. Yang tersisa saat ini adalah bagian dinding tanah yang membujur arah utara-selatan sepanjang 40 meter. Selain itu terdapat benteng sisi selatan, membujur arah barat-timur sepanjang 100 meter, sementara diperkirakan panjang dinding benteng tanah sisi sebelah selatan mencapai 240 meter.

Bangunan kedua terletak di sebelah utara benteng pertama tersebut. Saat ini yang tersisa adalah gundukan tanah membentuk huruf L, dengan inding sebelah selatan (barat-timur) berukuran panjang 180 meter dan dinding sebelah barat (utara-selatan) berukuran panjang 120 meter.

Beberapa survei yang dilakukan di lokasi ini juga berhasil mendapatkan cukup banyak temuan berupa keramik tembikar dan batuan.

Peninggalan Artefaktual

Di lokasi situs ini, pernah ditemukan juga beberapa peninggalan artefak. Di antaranya ditemukan sebanyak 3 peralatan batu (sumatralith) yang menggunakan bahan batuan beku.

Alat batu pertama berukuran panjang 14 centimeters, lebar 7 centimeters, tebal pangkal 4 centimeters dan tebal ujung 2,7 cm. Alat batu kedua berukuran panjang 13,5 cm, lebar 9,13 centimeters, tebal pangkal 4,6 cm dan tebal ujung 2,6 cm dan alat batu ketiga berukuran panjang 12,9 cm, lebar 8,5 cm, tebal pangkal 3,6 cm dan tebal ujung 1,5 centimeters.

Selain itu, ditemukan juga peluru senjata api berbahan timah, yang umum digunakan pada abad ke-15 sampai 19 M, yang dalam Bahasa Turki dikenal dengan nama senapan firearm atau tĪ‹fenk.

Kemudian, banyak juga ditemukan peninggalan berupa keramik. Melalui penggalian yang dilakukan di situs tersebut didapatkan sebanyak 19 fragmen keramik, sisanya, sebanyak 35 buah didapat melalui survei permukaan. Seluruh keramik itu rata-rata digunakan di abad 9 hingga 18 M.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengetahui Kisah Dibalik Puisi Karawang-Bekasi, Menuai Perdebetan Dengan Serdadu

Mengetahui Dukuh Kedaton di Mojokerto, Diyakini Sebagai Istana Majapahit

Kisah dan Sejarah Tentara PETA, Tentara Pertama Indonesia yang Mempertahankan Kemerdekaan