Badan Inteligen Turki Menangkap Keponakan Fethullah Gulen yang Menentang Erdogan
Ankara - Telik sandi atau mata-mata Turki menangkap seorang keponakan Fethullah Gulen, tokoh penentang Presiden Recep Tayyip Erdogan di Kenya. Kabar itu disampaikan media dan keluarga korban dua hari lalu.
Media pemerintah Turki, Anadolu, melaporkan Salahuddin Gulen dibawa kembali ke Turki oleh anggota intelijen (MIT). Laporan itu mengutip sumber keamanan yang enggan diketahui namanya dan tidak menyebut di mana dia ditangkap.
Dalam sebuah video yang diunggah ke media sosial pada 20 Mei, istri Salahuddin membenarkan dia dan suaminya tinggal di Kenya dan dia tidak mendengar kabar apa pun dari suaminya yang mengajar di sebuah sekolah di Nairobi sejak 3 Mei.
Sejumlah kalangan dan media menduga Salahuddin "diculik" di Kenya.
Salahuddin Gulen dituduh sebagai pemilik "organisasi teroris FETO", istilah Ankara untuk menyebut gerakan Fethullah Gulen.
"Kami akan segera mengumumkan penangkapan seorang tokoh penting FETO. Dia kini sudah di tangan kami," ujar Erdogan 19 Mei lalu, tampaknya merujuk pada Salahuddin Gulen.
Gulen selama ini tinggal di Pennsylvania, Amerika Serikat, dan dia berkeras mengatakan dirinya hanya pimpinan dari jaringan damai lembaga amal dan perusahaan. Dia membantah keterlibatan dalam kudeta gagal yang ingin menggulingkan Erdogan pada 2016.
Namun Erdogan yang dulunya berkawan akrab dengan Gulen menyebut rekannya itu sebagai pimpinan teroris yang ingin menggulingkan pemerintahannya.
Penculikan enam warga Turki di Kosovo oleh agen MIT pada 2018 memicu pergolakan politik yang berujung pada pemecatan menteri dan kepala intelijen negara itu.
Belum diketahui apakah penangkapan Salahuddin Gulen ini atas kesepakatan dengan pemerintah Kenya.
Pada 1999 aparat Turki menangkap pemimpin Partai Pekerja Kurdistan (PKK) Abdullah Ocalan di Kenya. Ocalan kini masih dipenjara di Turki. PKK memberontak terhadap Turki sejak 1984 dan masuk dalam daftar hitam negara-negara Barat sekutu Turki.
Media pemerintah Turki, Anadolu, melaporkan Salahuddin Gulen dibawa kembali ke Turki oleh anggota intelijen (MIT). Laporan itu mengutip sumber keamanan yang enggan diketahui namanya dan tidak menyebut di mana dia ditangkap.
Dalam sebuah video yang diunggah ke media sosial pada 20 Mei, istri Salahuddin membenarkan dia dan suaminya tinggal di Kenya dan dia tidak mendengar kabar apa pun dari suaminya yang mengajar di sebuah sekolah di Nairobi sejak 3 Mei.
Sejumlah kalangan dan media menduga Salahuddin "diculik" di Kenya.
Salahuddin Gulen dituduh sebagai pemilik "organisasi teroris FETO", istilah Ankara untuk menyebut gerakan Fethullah Gulen.
"Kami akan segera mengumumkan penangkapan seorang tokoh penting FETO. Dia kini sudah di tangan kami," ujar Erdogan 19 Mei lalu, tampaknya merujuk pada Salahuddin Gulen.
Gulen selama ini tinggal di Pennsylvania, Amerika Serikat, dan dia berkeras mengatakan dirinya hanya pimpinan dari jaringan damai lembaga amal dan perusahaan. Dia membantah keterlibatan dalam kudeta gagal yang ingin menggulingkan Erdogan pada 2016.
Namun Erdogan yang dulunya berkawan akrab dengan Gulen menyebut rekannya itu sebagai pimpinan teroris yang ingin menggulingkan pemerintahannya.
Penculikan enam warga Turki di Kosovo oleh agen MIT pada 2018 memicu pergolakan politik yang berujung pada pemecatan menteri dan kepala intelijen negara itu.
Belum diketahui apakah penangkapan Salahuddin Gulen ini atas kesepakatan dengan pemerintah Kenya.
Pada 1999 aparat Turki menangkap pemimpin Partai Pekerja Kurdistan (PKK) Abdullah Ocalan di Kenya. Ocalan kini masih dipenjara di Turki. PKK memberontak terhadap Turki sejak 1984 dan masuk dalam daftar hitam negara-negara Barat sekutu Turki.
Komentar
Posting Komentar