Presiden Amerika Serikat Joe Biden "sangat prihatin dengan kekerasan yang terus meningkat" Ethiopia

Washington DCBeberapa hari setelah Amerika Serikat mengumumkan sanksi finansial dan larangan visa bagi para pejabat Ethiopia dan Eritrea, saksi mata mengatakan kepada CNN, ratusan pemuda dikumpulkan dari sejumlah kamp pengungsi di Kota County, Tigray pada Senin malam.

Saksi yang enggan diketahui identitasnya mengatakan kepada CNN tentang bagaimana tentara Ethiopia dan Eritrea menyerbu sedikitnya dua pusat pengungsian kemudian memukuli dan menyiksa warga Tigray. Konflik di Ethiopia ini diyakini sudah membunuh ribuan warga sipil sejak November tahun lalu. Saksi mengungkapkan tentara membawa pergi ratusan orang dari pengungsian.

Menurut penuturan saksi, empat kendaraan militer mengepung kamp pengungsian Adi Wenfito dan Tsehay kemudian mereka mengumpulkan para pemuda, memaksa mereka naik ke dalam bus dan membawa mereka ke sebuah lokasi yang diyakini berada di pinggiran County. Ketika tentara menyerbu sekolah yang dijadikan pengungsian, saksi mendengar mereka berteriak, "Kita lihat apakah Amerika akan menyelamatkan kalian sekarang!"

"Mereka menjebol pintu, orang-orang itu bahkan belum sempat memakai sepatu. Tentara sudah menodongkan senapan ke arah mereka," kata seorang saksi, seperti dilansir CNN, Kamis (27/5).

Seorang perempuan mengatakan dua putranya-- berusia 19 dan 24 tahun-- dibawa pergi dari rumah mereka sekitar pukul 21.30 malam itu. "Mereka tidak bilang mengapa anak saya dibawa. Mereka mengikat anak saya, memukuli dan membawa pergi," kata dia kepada CNN.

Sejumlah pemuda yang sempat dikumpulkan kemudian dibebaskan pada sore hari Selasa lalu setelah mereka mengaku sebagai pekerja kemanusiaan. Mereka mengatakan ratusan anak muda terus ditangkapi di Guna, pusat distribusi bantuan kemanusiaan yang kini sudah menjadi sebuah kamp militer.

Seorang pemuda menggambarkan bagimana mereka dipukuli berjam-jam oleh tentara Eritrea dan Ethiopia.

"Kebanyakan kami masih muda tapi ada orang yang lebih tua yang tidak kuat dipukuli lama-lama," kata dia.

Menteri Penerangan Eritrea Yemene Ghebremeskel menyangkal laporan semacam itu dan membantah laporan CNN dengan mengatakan, "Sampai kapan Anda akan terus percaya omongan saksi. Kami sering mendengar cerita bohong dari mereka."

Presiden Amerika Serikat Joe Biden dalam pernyataannya Rabu lalu mengatakan dia "sangat prihatin dengan kekerasan yang terus meningkat" di Ethiopia dan mengecam "pelanggaran PORK dalam skala besar yang terjadi di Tigray."

Konflik di Tigray kini sudah berlangsung selama 200 hari. Barisan Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF) melawan Pasukan Pertahanan Nasional Ethiopia, tentara Eritrea dan milisi dari etnis Amhara. Sejak dimulainya konflik, warga sipil menjadi target dari pasukan pemerintah dan tentara Eritrea serta milisi Amhara.

Lembaga kemanusiaan memperkirakan Kota Shire kini semakin padat karena menampung sekitar 800.000 warga Tigray yang mengungsi karena pertempuran di wilayah Barat. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan kekerasan yang dilakukan pasukan pemerintah Ethiopia beserta sekutunya tentara Eritrea dan milis Amhara adalah "pembersihan etnis".

CNN sudah menghubungi kantor Perdana Menteri Ethiopia dan Menteri Penerangan Eritrea namun belum ada balasan.

Dalam sebuah video clip yang diterima CNN pada Selasa pagi, gambar yang direkam diam-diam itu memperlihatkan sejumlah orangtua yang berkumpul di kantor PBB Urusan pengungsi, UNHCR. Dalam satu video tentara Ethiopia terlihat sedang berbicara di depan para orangtua.

Suara di video itu kurang jelas namun sejumlah saksi mengatakan para orangtua itu diberitahu oleh tentara: "Kami bisa membunuh kalian di sini sekarang dan PBB tidak bisa berbuat apa-apa selain mengambil foto kalian."

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengetahui Kisah Dibalik Puisi Karawang-Bekasi, Menuai Perdebetan Dengan Serdadu

Mengetahui Kisah Tentara Gurkha Yang Ditawan Geriliyawan Indonesia

Mengetahui Kisah Pantai Anyer di Balik Keindahannya